Sabtu, 02 Juli 2011

Gaji Guru melebihi Anggota DPR

Refleksi Pendidikan: Belajar dari Swiss


2 Mei 2011, bangsa Indonesia kembali memperingati Hari Pendidikan Nasional. Dari Swiss, DJOKO SUSILO, Dubes RI yang juga mantan wartawan Jawa Pos, menuliskan bagaimana negeri maju itu mengelola pendidikannya sehingga mencapai kualitas dunia. Tulisan ini semoga memberikan inspirasi. 

Ketika tiba di Swiss tahun lalu, saya terheran-heran ketika mendapatkan informasi bahwa di negeri tempat saya bertugas (sebagai duta besar RI) ini tidak terdapat seorang Mendiknas (menteri pendidikan nasional) dan sekaligus jajaran Kementerian Pendidikan Nasional.

Berarti juga tidak ada birokrat yang ’’melayani’’ dunia pendidikan. Namun, bagaimana Swiss bisa memiliki
sistem pendidikan yang sangat hebat, berkelas dunia yang universitasnya sangat sering menghasilkan pemenang nobel? Apalagi biayanya sangat murah meriah.
Setiap orang Swiss atau siapa pun yang tinggal di Swiss, termasuk orang asing, bisa mengikuti pendidikan dasar gratis, mulai SD, SMP, hingga SMA.Itu merupakan pendidikan wajib. Jadi, tidak ada ceritanya tak ada anak Swiss yang tidak bersekolah. Memang, jalannya pendidikan dilaksanakan dalam tiga bahasa, bergantung pada kanton (semacam negara bagian), yakni Prancis, Jerman, dan Italia.

Jika seseorang berhasil menamatkan SMA, saat mau masuk universitas pun, asal cukup pintar, ongkosnya tidak akan mencekik leher orang tua yang berpenghasilan paling rendah. Bayangkan, UMR di Swiss sekitar 3.000 CHF (franc Swiss) per bulan (Satu CHF setara Rp 9.826). Dengan UMR 3.000 CHF, biaya kuliah S-1 (strata 1) satu semester hanya sekitar 600 CHF atau rata-rata hanya 100 CHF per bulan.
Itu berarti biaya kuliah per bulan setara dengan sepertigapuluh UMR. Orang paling miskin pun akan bisa bayar kuliah, bahkan mahasiswa yang be sangkutan bisa bayar sendiri dengan bekerja paro waktu di restoran cepat saji atau di perpustakaan sekolah.

Jika mau melanjutkan program master, ongkosnya lebih murah lagi, yakni 300 CHF per semester atau 50 CHF sebulan dan yang benar-benar brilian bisa mengikuti program doktor yang hanya bayar per semester sekitar 150 CHF atau bahkan ada yang hanya 65 CHF. Luar biasa murahnya.
Mengapa pendidikan di Swiss bisa murah meriah, tetapi berkualitas? Itu tidak lepas dari kebijakan nasional yang menempatkan pendidikan sebagai program pembangunan unggulan.

Pemerintah Swiss yakin, hanya dengan pendidikan yang baik, Swiss bisa mempertahankan tingkat inovasi dan kemajuan industrinya. Oleh karena itu, jika ada subsidi habis-habisan, dana terbesar diberikan untuk dunia pendidikan. Swiss tidak mau memberikan subsidi BBM yang mengakibatkan makin banyak orang yang membeli mobil. Mereka juga tidak mau mensubsidi listrik yang akan mengakibatkan orang boros energi dan sebagainya. Namun, untuk pendidikan, baik pemerintah federal atau kanton berpendapat harus dibuat semurah-murahnya dengan kualitas setinggi-tingginya. Kualitas pendidikan Swiss yang hebat itu terbukti sejak masa ilmuwan genius Albert Einstein bersekolah di Swiss.Almamater ilmuwan kondang tersebut,yakni ETH Zurich yang dalam bahasa Jerman merupakan kependekan dari Eidgenössische Technische Hochschule atau Institut Teknik Federal, merupakan salah satu perguruan tinggi teknologitop papan atas kelas dunia.
Kampus di Zurich itu sejajar dengan Massachusetts Institute of Technology (MIT) atau Caltech atau California Institute of Technology, dua kampus tersohor di AS.

Sejak zaman Einstein, tidak kurang dari 21 akademisi ETH Zurich tercatat sebagai pemenang nobel di bidang fisika, kimia, dan kedokteran. Pantas, belum lama ini terbit sebuah buku yang ditulis oleh Thomas Moore tentang ETH yang disebut sebagai School for Genius.Memang untuk masuk atau kuliah di ETH tidak sembarangan. Demikian pula, umumnya perguruan tinggi di Swiss sangat ketat dengan peraturan akademis. Oleh karena itu, sistem pendidikan di Swiss tidak menggiring semua siswa untuk masuk universitas. Bahkan, jika mau dirata-rata, hanya 20–25 persen pelajar yang akan melanjutkan pendidikan ke universitas. Siapa mereka itu? Ya, mereka adalah pelajar yang akan meniti karir sebagai akademisi, periset, saintis, dan lain-lain. Jika ingin menjadi pekerja terampil, tidak usah menjadi profesor, doktor, dan sebagainya. Cukup sekolah ke politeknik atau institut.

Menurut sistem pendidikan di Swiss, pada kelas IX atau sejajar dengan kelas III SMP, para pelajar akan dievaluasi oleh para guru. Tentu dengan supervise dinas pendidikan kanton bersangkutan.
Jika yang bersangkutan menunjukkan bakat akademik yang bagus dan memiliki minat akademik yang tinggi, dia akan direkomendasikan masuk matura atau SMA. Jika dia ingin mempunyai skill dalam teknis atau bisnis, disarankan melanjutkan pendidikan menengah khusus atau sekolah keterampilan semacam SMKK, STM, SMEA (sekarang SMK) di tempat kita.

Bahwa pemerintah Swiss sangat serius dengan pendidikan, hal itu juga terbukti dengan kebijaksanaan yang mendorong mereka yang mengambil sekolah keterampilan atau vocational training tidak dianaktirikan.
Maka, sejak awal kalangan industri dilibatkan. Dengan kata lain, pelajar yang mengambil pendidikan keterampilan dijamin bisa mandiri atau bekerja di perusahaan yang menjadi bapak asuhnya.Jika mau melanjutkan pendidikan tinggi di bidang spesialisasinya, itu tetap bisa dilakukan. Pendidikan tinggi di Swiss dibagi dalam tiga jenis garis besar. Pertama, universitas yang merupakan pusat riset dan pendidikan akademik tertinggi yang ditujukan menghasilkan periset dan saintis andal.

Sistem itu dalam bahasa Jerman dikenal dengan nama Die Universitàren Hochschulen. Diharapkan dari lembaga tersebut akan dihasilkan riset unggulan di segala bidang. Misalnya, dalam bidang nano techonology, advanced aviation, pure ma thematics and physics or chemistry. Keseriusan menggarap bidang itu telah menghasilkan nama-nama besar di kelas dunia. Misalnya, para pemenang nobel: Wilhelm Conrad Röntgen (fisika, 1901); Albert Einstein (fisika, 1921); Wolfgang Pauli (fisika, 1945); Tadeus Reichstein (kedokteran, 1950); dan Kurt Wüthrich (kimia, 2002) dan masih belasan pemenang nobel lain yang mempunyai kontribusi besar bagi kemajuan Swiss.

Mereka sadar, kemajuan tidak bisa diperoleh hanya karena banyak orang memajang gelar profesor doktor di depan nama seseorang, tetapi karena hasil riset konkret yang diakui dunia. Di Swiss, seorang bergelar profesor atau doktor akan jadi bahan tertawaan dan gunjingan jika tidak pernah menulis buku atau menghasilkan karya ilmiah.

Jalur kedua bagi pendidikan tinggi di peruntukkan mereka yang ingin menjadi pendidik, yakni Die Pä da gogischen Hochschulen atau terjemahan gampangnya adalah sekolah tinggi bagi para pendidik. Lha, kita dulu sudah punya IKIP di berbagai kota yang sayangnya, entah kenapa sekarang berubah menjadi universitas dengan spesialisasi yang tidak jelas. Di per guruan tinggi pendidikan itu, calon guru benar-benar dididik dan di persiapkan dengan matang, baik dari segi ke mampuan intelektual maupun moral.
Karena menyadari tugas guru sangat berat, pemerintah memberlakukan seleksi dan pengawasan yang ketat. Selain itu, para guru mendapat remunerasi atau gaji yang memadai. Jika gaji rata-rata pegawai Swiss berkisar 7.000–8.000 CHF, seorang guru di Swiss bisa bergaji rata-rata 15.000 CHF per bulan. Bandingkan dengan ”uang lelah”anggota DPR di Swiss yang hanya sekitar 9.000 atau 10.000 CHF per bulan.

Memang dengan gaji yang tinggi tersebut, para guru diharapkan bisa mencurahkan waktu untuk mengajar dan membimbing anak didiknya dengan baik. Oleh karena itu, profesi guru merupakan pekerjaan yang sangat terhormat di masyarakat Swiss.

Jalur ketiga pendidikan tinggi di Swiss adalah Die Fachhochschulen atau sekolah tinggi khusus atau institut atau juga politeknik. Jalur itu ditujukan untuk memberikan keterampilan tinggi kepada para pekerja spesialis, umumnya di bidang teknik, baik sipil, kimia, metalurgi, maupun arsitek. Bedanya dengan universitas ialah pengajarannya bersifat aplikatif. Sekolah tinggi jenis itu, selain mendapat dukungan dana dari pemerintah kanton (setingkat negara bagian), mendapat kucuran da na dari industri.

Secara umum, riset di Swiss dibiayai dua pihak. Jika itu me rupakan riset murni, dana berasal dari pemerintah federal, sedangkan jika riset terapan, biasanya dibiayai swas ta. Hasilnya sangat jelas. Meski Swiss sangat kecil dengan penduduk hanya 7,6 juta jiwa, industrinya merajai dalam berbagai bidang.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar