Sabtu, 23 Juli 2011

Jeruk Purut Bisa Bantu Kemoterapi Kanker

Buah dan daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) kesohor sebagai buah dan bumbu penyedap masak, sedang pengguna herbal memanfaatkan sebagai peringan sakit influenza, batuk, sampo rambut. Manfaat tumbuhan perdu ini, ternyata lebih dahsyat lagi bagi kekebalan tubuh (imun).



Berdasarkan penelitian awal mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), kulit jeruk purut ini bisa menjadi oksidan yang membantu menstabilkan daya tahan tubuh atau kekebalan tubuh bagi penderita kanker dan bisa dijadikan pengganti obat doxorubicin atau obat penjaga sistem imun (imunosupresi) pasca penderita kanker menjalani operasi atau pasien kemoterapi kanker.

Herwandani Putri dan dua temannya, mahasiswa pengembang herbal tersebut, menyatakan kulit jeruk purut mengandung senyawa naringenin dan hespiridin, yang berfungsi sebagai antioksidan meningkatkan sistem imun dan pendamping kemoterapi kanker.

Mahasiswa farmasi UGM tersebut menunjukkan cara kerja membuat obat dari kulit jeruk. Caranya jeruk dikupas, ambil kulitnya, dicuci seperlunya, terus dipanaskan dalam oven hingga kering. Kulit jeruk kering ditumbuk hingga menjadi bubuk halus. Bubuk halus ditaruh dalam cawan atau tempat lain, dicampur atau ekstraksi dengan etanol sebagai pelarut.

Menurut dia 500 gram serbuk jeruk yang diekstraksi dengan etabol bisa menghasilkan 100 gram. Dalam penelitiannya, dia menggunakan ekstrak jeruk purut tersebut ke tikus yang tengah kemoterapi. Hasilnya, sel darah putih tikus bertambah dalam jumlah signifikan.

Menurut dia herbal penderita kanker yang menjadi kemoterapi dari jeruk purut bisa mencegah efek obat kimia yang diakibatkan pemakaian doxorubicin, seperti rambut tidak rontok.
Penelitian Herwandani Putri tersebut telah diikutkan dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional di Makassar, Kamis (21/7).

Dia menjanjikan akan meneliti lebih dalam lagi penerapan kulit jeruk purut sebagai obat alternatif dan dikembangkan dalam kemasan. Penelitian lanjutan ini bisa terlaksana karena dia telah mendapat bantuan penelitian dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional sebesar Rp 6 Juta.

Dia menyatakan tidak bisa tergesa-gesa untuk memanfaatkan secara maksimal fungsi jerut purut pada penderita kanker yang menjalani kemoterapi. Jika merujuk ketentuan internasional, uji laborat dan percobaan obat memerlukan waktu 20 tahun. Dia berjanji bisa lebih cepat jika banyak pihak membantu dalam pengembangannya.

"Saya berharap tidak sampai menunggu 20 tahun ekstrak jeruk purut bisa jadi obat kemoterapi kanker yang diakui dunia kedokteran," ujar dia, Jumat (21/7)

 Sumber: JerukPurutuntukKemoterapi

1 komentar: